PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATRA BARAT



SUMATRA BARAT



Sumatra Barat (disingkat Sumbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatra dengan Padang sebagai ibu kotanya. Provinsi Sumatra Barat terletak sepanjang pesisir barat Sumatra bagian tengah, dataran tinggi Bukit Barisan di sebelah timur, dan sejumlah pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km² ini berbatasan dengan empat provinsi, yakni Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.

Sumatra Barat adalah rumah bagi etnis Minangkabau, walaupun wilayah adat Minangkabau sendiri lebih luas dari wilayah administratif Provinsi Sumatra Barat saat ini. Provinsi ini berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa dengan mayoritas beragama Islam. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai) dinamakan sebagai nagari.

GEOGRAFI


Sumatra Barat terletak di pesisir barat di bagian tengah pulau Sumatra yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Provinsi ini memiliki daratan seluas 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km².[6] Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.

Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatra Barat secara umum bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6 °C sampai 31,5 °C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai besar yang bermuara ke pantai timur Sumatra seperti Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.

Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatra Barat, dengan Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang mencapai ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatra Barat juga memiliki gunung aktif lainnya, seperti Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang. Selain gunung, Sumatra Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan luas mencapai 130,1 km², Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatra dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Di atas dan Danau Dibawah).

Sumatra Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Hal ini disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.[7] Oleh karenanya, wilayah ini sering mengalami gempa bumi. Gempa bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di Sumatra Barat di antaranya adalah Gempa bumi 30 September 2009 dan Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010.

PEREKONOMIAN


Secara bertahap perekonomian Sumatra Barat mulai bergerak positif setelah mengalami tekanan akibat dampak gempa bumi tahun 2009 yang melanda kawasan tersebut. Dampak bencana ini terlihat pada triwulan IV-2009, di mana pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 0,90%. Namun kini perekonomian Sumatra Barat telah membaik, dengan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata nasional. Pada tahun 2012 ekonomi Sumatra Barat tumbuh sebesar 6,35%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6,25%. Dan pada triwulan I-2013 perekonomian Sumatra Barat telah tumbuh mencapai 7,3%. Tingginya pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat dalam tiga tahun terakhir, telah menurunkan tingkat kemiskinan di provinsi ini dari 8,99% (2011) menjadi 8% (2012). Untuk Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), pada tahun 2012 provinsi ini memiliki PDRB mencapai Rp 110,104 triliun, dengan PDRB per kapita sebesar Rp 22,41 juta.
Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Barat mencatatkan pertumbuhan ekonomi di Sumbar pada triwulan pertama 2019 ini mengalami penurunan. Kepala Perwakilan BI Sumbar Wahyu Purnama menjelaskan perekonomian Sumbar tumbuh melambat sebesar 4,78 persen. Padahal pada triwulan ke IV 2018 lalu, pertumbuhan ekonomi provinsi Ranah Minang mencapai 5,50 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Sumbar triwulan 2019 ini bahkan lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencatatkan 5,7 persen," kata Wahyu melalui keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (23/5).

Kondisi tersebut membuat Sumbar berada di urutan kelima di Sumatera. Sumbar berada di bawah Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung dan Bekulu.

BI menyebutkan penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi di Sumbar karena terkontrasksiny pertumbuhan ekspor sampai 20,93 persen. Karena berkurangnya ekspor komoditas utara Sumbar yakni CPO dan karet. Kemudian konsumsi rumah tangga juga masih tergolong tinggi karena pelaksanaan pemilu legislatif, pemilihan presiden.

Wahyu menambahkan pertumbuhan ekonomi Sumbar masih ditopang oleh lapangan usaha unggulan lewat pertanian, perdagangan, trnsportasi dan konstruksi. Komposisi dari empat bidang tersebut relatif tidak berubah dari periode sebelumnya.

Namun BI mencatatkan kinerja lapangan usaha relatif membaik. Terutama skala mikro dan kecil. Begitu juga dengan konstruksi yang anggarannya berasal dari pemerintah pusat.

"Menurunnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat juga tercermin dari kinerja lapangan usaha utama yang juga menunjukkan perlambatan

pertumbuhan. Dari lima lapangan usaha utama, hanya industri olahan yang menunjukkan tren perbaikan dan konstruksi yang meskipun

melambat tapi perkembangannya relatif stabil, sedangkan yang lainnya melambat," terang Wahyu.

MATA PENCAHARIAN
Sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna memenuhi kebutuhan hidup.
Orang Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan sebagai professional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhomat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang. Hampir separuh masyarakat ini hidup diperantauan. Minang perantauan pada umumnya berada dikota-kota besar.
BERDAGANG
Pertambahan penduduk yang tidak diiringi dengan pertambahan sumber daya alam yang ada dalambercocok tanam, menyebabkan suku minang beralih profesi menjadi pedagang dalam memenuhikebutuhan hidupnya.

Pedagang Minangkabau merujuk pada profesi sekelompok masyarakat yang berasal dari ranah Minangkabau. Disamping profesi dokter, guru, dan ulama, menjadi pedagang merupakan mata pencarian bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau. Biasanya profesi ini menjadi batu loncatan bagi perantau Minangkabau setibanya di perantauan.

BERTANI DAN BERKEBUN


Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar sebagai petani. Bagi yang tinggal di pinggir laut mata pencaharian utamanya menangkap ikan. Karena memang faktor alam di indonesia yang mendukung dalam kegiatan bercocok tanam, makasebagian besar mata pencaharian penduduk indonesia ialah bertani dan berkebun, salah satunya sukuminang. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak masyarakat Minangkabau yang mengadu nasib ke kota-kota besar. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini.
Masyarakat Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin. Kerajinan yang dihasilkan adalah kain songket. Hasil kerajinan tersebut merupakan cenderamata khas dari Minangkabau.


PERTAMBANGAN
Secara geologis suku minang memiliki cadangan bahan baku terutama emas, tembaga, timah dan lainsebagainya. Jadi secara tidak langsung, penduduk minang memiliki ilmu dalam pertambangan, meskipunkebanyakan bahan baku tersebut langsung dijual, tidak diolah dahulu.

POTENSI


Pengembangan potensi nagari atau desa di Sumatra Barat dinilai belum optimal. Hal ini terlihat dari belum banyak nagari di wilayah ini yang unggul dengan produk, potensi, atau inovasi yang dilakukan sehingga menggerakkan ekonomi warga secara besar-besaran. Menyiasati hal ini, Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno (IP) meminta wali nagari atau kepala desa untuk menggandeng anak-anak muda kreatif, termasuk perantau Minang yang memiliki gagasan untuk membangun kampung halamannya.
"Zaman now, perlu juga kembangkan nagari dengan inovasi. Kalau tak punya kemampuan itu, ambil anak muda yang bisa digandeng. Atau cari anak rantau yang berasal dari nagari kita. Orangnya biar di rantau namun panggil lagi potensi dia," kata IP, Selasa (27/11).

IP melihat bahwa setiap nagari di Sumatra Barat memiliki potensi yang berkaitan dengan karakteristik wilayah untuk bisa dikembangkan. Ia mengambil contoh, di Payakumbuh ada sentra pembuatan rendang, nagari dengan potensi wisata dan kuliner, serta nagari dengan potensi pertanian atau peternakan.

"Ada nagari dengan potensi coklat atau manggis. Yang mau dibaguskan diangkat jadi potensi. Perlu dibuat juga industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah. Sesuaikan dengan potensi daerah," kata IP.

Gubernur juga meminta wali nagari untuk meningkatkan pelayanan publik, pelayanan keuangan, serta perancangan penggunaan dana dari pusat untuk pembangunan nagari/desa. Hal ini menyusul besaran dana desa yang disalurkan pemerintah pusat makin besar.














https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra_Barat ( Di akses pada 27 juli 2019, Jam 13:53 )


Komentar

Postingan Populer